Mengapa Boneka Tak Bisa Menangis?





Jakarta - Apa kau ingin aku menceritakan sebuah legenda? Ini tentang mengapa boneka tak bisa menangis. Baiklah! Merapatlah dan tidur di pangkuanku. Semoga ini bisa sedikit mengeringkan air matamu itu. Sungguh aku tak tahan melihatnya. Jadi dengarkan baik-baik kisah ini.

Dulu, dulu sekali. Boneka layaknya manusia diciptakan memiliki perasaan. Mereka akan menunjukkan kesedihan jika pemiliknya memperlakukannya dengan tidak baik. Sebaliknya, mereka akan menunjukkan kegembiraan jika pemiliknya memperlakukannya dengan baik. Nantinya, ada Departemen Perlindungan Boneka yang tentunya berasal dari dunia boneka, yang akan menjemput setiap boneka yang tidak diperlakukan dengan baik oleh pemiliknya. Dan, mengadili boneka yang tidak bisa menghibur pemiliknya dengan baik.

Ya. Begitulah boneka memiliki dunianya sendiri. Dunia yang didedikasikan untuk pemiliknya. Boneka yang paling disayangi oleh pemiliknya akan menjadi boneka yang berpengaruh di kalangannya. Namanya akan dibicarakan dan dijadikan panutan oleh boneka-boneka yang lain. Persis seperti public figure jika diumpamakan dalam dunia kita, atau tak jauh beda dengan selebriti di televisi. Begitulah dunia mereka bekerja.

Sampai pada suatu waktu, kisah sebuah boneka mengubah dunia mereka. Boneka itu bernama Accacia. Seperti nama sebuah pohon dengan bunga-bunga berwarna kuning atau merah yang bergelantungan pada ranting-rantingnya. Boneka Accacia secantik pohon itu, dengan rambut panjang berwarna coklat terang dan gaun one piece berlapis-lapis berwarna biru laut, persis seperti warna kedua bola mata tuannya, Sean.


Kau pasti heran kenapa seorang pemuda memiliki sebuah boneka, bukan? Dulu saat ia berusia lima setengah tahun, di pertengahan bulan Desember, badai salju yang sangat dahsyat membinasakan gubuk kecil Sean dan keluarganya yang berada di pinggir hutan pinus. Ayah dan ibunya tewas dalam bencana itu, meninggalkan Sean kecil yang menggigil di bawah tumpukan reruntuhan rumahnya, di dekat jasad kedua orangtuanya yang membeku. Begitulah Sean yang malang menjadi yatim piatu dalam semalam. Kemudian penduduk desa sepakat untuk mengirim Sean ke panti asuhan. Saat itulah ia bertemu dengan Accacia untuk pertama kali, hadiah dari seorang penduduk miskin baik hati yang iba padanya.

"Aku tahu kau anak laki-laki, tapi apalah arti jenis sebuah mainan jika tujuannya sama untuk menghibur. Ini boneka putriku, bawalah bersamamu."

Lalu Sean kecil pergi ke panti asuhan dengan memeluk boneka Accacia. Satu-satunya teman yang dimilikinya, meninggalkan sisa-sisa badai yang telah merenggut kedua orangtuanya.

Accacia yang telah mendengar semua kisah malang Sean, dari hidup miskin di pinggir hutan, hingga badai salju yang kemudian merenggut kedua orangtuanya, berjanji dengan sepenuh hati akan menjadi boneka yang baik untuk Sean. Akan selalu menghibur anak laki-laki yang malang itu, kapanpun dan bagaimanapun kondisinya.

Sean pun tumbuh bersama Accacia di panti asuhan. Meski teman-temannya di sana seringkali mengejeknya karena membawa sebuah boneka perempuan ke mana-mana, tapi Sean tak pernah peduli. Ia menjaga Accacia dengan baik seakan-akan hanya Accacia satu-satunya teman yang dimilikinya.

Saat Sean berusia 10 tahun, ia diadopsi sebuah keluarga yang cukup kaya di kota. Disekolahkan dan diperlakukan dengan sangat baik sehingga Sean tumbuh menjadi pemuda yang tampan dan cerdas. Sean tentunya tak lagi bermain dengan Accacia dan membawanya ke mana-mana seperti dulu, meski begitu Sean masih setia merawat Accacia dengan baik. Ia akan memastikan Accacia terbebas dari debu-debu. Meletakkan Accacia di tempat terbaik di kamarnya. Kemudian, setelah lelah beraktivitas seharian, saat malam menjelang, ia duduk di hadapan Accacia dan menceritakan apa saja yang telah dilaluinya sepanjang hari.

Accacia begitu bahagia menjadi boneka Sean.

***

Sampai pada suatu pagi, Sean datang membawa boneka laki-laki yang membuat Accacia terkejut. Bukan! Bukan karena boneka laki-laki yang dibawa Sean itu, tetapi karena seorang gadis dengan rambut panjang berwarna coklat terang dan gaun one piece berlapis-lapis berwarna biru laut persis seperti dirinya, tiba-tiba muncul di balik punggung Sean.

"Ini Dickens. Dia boneka tampan yang akan menemanimu. Sebagaimana Jasmine yang akan menemaniku. Kenalkan Accacia, aku akan menikahinya. Lihat! Dia cantik sepertimu," kata Sean sambil meletakkan boneka laki-laki yang dibawanya itu di samping Accacia.

Accacia merasakan sakit yang luar biasa di dadanya. Setahunya, hanya ada dua perasaan yang dimiliki boneka sepertinya, perasaan bahagia karena diperlakukan dengan baik dan sedih karena diperlakukan dengan tidak baik. Tapi ini kali pertama Accacia merasakan sakit yang luar biasa di dadanya. Awalnya tak ada air mata, sampai Sean kemudian menikahi gadis itu dan tampak hidup begitu bahagia di hadapannya. Bulir air mata jatuh melalui kedua mata plastik Accacia yang tidak berkedip dengan suara tangis begitu memilukan, yang seketika mendatangkan Departemen Perlindungan Boneka untuk menginterogasi apa yang sebenarnya tengah terjadi.

Accacia kemudian dibawa ke kantor Departemen Perlindungan Boneka untuk diinterogasi. Saat proses itu berlangsung, pemiliknya tak akan mengetahui apakah tangisan boneka dikarenakan perlakuan tidak baik atau karena sebab lain, sampai hasil interogasi keluar. Jika diketahui sebabnya karena perlakuan tidak baik, maka pemerintah dunia boneka akan mengirimkan surat perintah penarikan.

Maka berdirilah Accacia bersama boneka petugas Departemen Perlindungan Boneka di ruangan interogasi yang terbuat dari plastik dan kain-kain sedemikian rupa.

"Apa pemilikmu tidak memperlakukanmu dengan baik?" tanya boneka petugas Departemen Perlindungan Boneka. Accacia yang masih menangis menggeleng.

"Lantas kenapa kau menangis?" tanyanya lagi.

"Aku… aku merasa sakit melihat pemilikku hidup bahagia dengan istrinya," jawab Accacia di sela-sela tangisnya.

"Merasa sakit karena pemilikmu hidup bahagia? Bagaimana mungkin itu bisa terjadi?" Boneka Petugas Interogasi terlihat kebingungan. Tak pernah ada kasus seperti itu sebelumnya. Accacia masih terus menangis.

"Mungkin…mungkin itu karena aku cemburu. Mungkin…mungkin karena aku mencintai pemilikku."

"Cinta? Tidak mungkin! Kau adalah boneka. Cinta hanyalah milik mereka sesama manusia!"

Accacia tak bisa lagi menjawab. Ia terus menangis dengan suara yang memilukan. Bulir-bulir air mata jatuh melalui kedua mata plastiknya yang tidak berkedip.

"Kalau begitu kau tidak boleh lagi kembali ke pemilikmu. Kami akan mengiriminya surat perintah penarikan."

"Tidak!" Accacia memeluk kaki boneka petugas Departemen Perlindungan Boneka.

"Aku ingin terus bersamanya. Aku telah bersamanya sejak ia masih kecil. Aku mengasihinya. Aku mencintainya."

"Tapi jika kau bersamanya, kau akan terus-terusan menangis dan itu tak bisa dibiarkan."

"Dan jika kau memisahkanku dengannya. Aku juga akan tetap terus-terusan menangis seperti ini karena tak bersamanya. Karena aku mencintainya."

Jadilah kasus Accacia menjadi kasus terpelik yang pernah dihadapi oleh Departemen Perlindungan Boneka. Para petinggi departemen itu seketika mengadakan rapat mendadak untuk penyelesaian kasus Accacia. Sementara suara tangis Accacia yang begitu memilukan terdengar sampai ke seluruh penjuru negeri boneka. Kasusnya mendapat simpati dari hampir seluruh boneka yang mengetahui kisahnya itu. Dan, Departemen Perlindungan Boneka dengan berbagai pertimbangan akhirnya mengeluarkan sebuah kebijakan yang kemudian mengubah hidup boneka sampai sekarang. Demi melindungi kesejahteraan kaumnya, begini bunyi kebijakan tersebut:

BONEKA TAK BOLEH MENANGIS, TERTAWA, SEDIH, ATAUPUN TERSENYUM LAGI. BONEKA CUKUP DIBUAT SEBAGAI MAINAN.

Dan, Accacia dengan kebijakan itu pun kembali lagi ke pelukan Sean. Masih dengan rasa sakit tetapi tak ada tangisan lagi.


Begitulah cerita mengapa boneka kini tak bisa menangis. Bagaimana? Apa kau terhibur? Sekarang hapuslah air mata itu. Cuci mukamu. Berbedaklah dan pakailah gincu merahmu lagi. Kembalilah jadi boneka. Dan ingat boneka tidak menangis, kapanpun dan bagaimanapun kondisinya.

Novita Hidayani lahir di Kediri, Lombok Barat, 29 November 1993. Mahasiswa Pendidikan Bahasa Inggris, FKIP, Universitas Mataram. Belajar di Komunitas Akarpohon, Mataram. Cerpen-cerpennya disiarkan sejumlah surat kabar

Komentar

Posting Komentar

Postingan Populer